Pamekasan, (Media Madura) – Becak adalah alat transportasi yang cukup legendaris dan di era 80-90an masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya di Kabupaten Pamekasan. Becak menjadi solusi karena minimnya transportasi umum di dalam kota ini, sementara kendaraan pribadi masih belum terlalu dominan saat itu.
“Dulu becak yang dicari, sekarang gak ada lagi yang mau naik becak,” begitu kata Pak Sukirman (60), Warga Kelurahan Patemon, Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, saat ditemui di tempat mangkalnya di jalan Brawijaya. Minggu (31/10/2021) siang.
Seiring waktu, becak mulai ditinggalkan, selain karena masyarakat lebih banyak memiliki kendaraan pribadi, saat ini juga sudah banyak alat transportasi dalam kota yang bisa dipilih oleh masyarakat, termasuk munculnya aplikasi ojek online.
Dari ribuan abang becak yang beroperasi di dalam kota Pamekasan, kini hanya tinggal beberapa saja, salah satunya yang masih bertahan adalah Pak Sukirman. Kepada media ini ia bercerita bagaimana sulitnya mencari penumpang.
“Kadang saya dari jam 7 pagi hingga siang baru dapat satu penumpang. Ya dapat 5 ribu. Rata-rata bayar 5 ribu,” katanya dengan wajah yang sudah mulai dipenuhi keriput dan nampak lelah itu.
Tetapi, kata dia, kalau lagi beruntung bisa dapat uang hingga Rp 30 ribu dalam sehari. Itupun jika ia mangkal di depan sekolah dan juga pasar. “Saya biasanya nunggu di depan SDI Al-Munawwarah, kadang di Gadin, kadang di Pasar Kolpajung,” katanya.
Bapak 2 anak ini juga mengungkapkan, di usianya yang sudah menua dan fisik yang kian melemah ini, ia tetap mengayuh becak untuk mencari uang karena tidak ada pekerjaan lain demi menghidupi keluarganya dan tidak mau menjadi peminta-minta.
“Kadang-kadang kalau ada yang ngajak saya ikut kerja proyek, jadi kuli bangunan. Tapi itu kan kadang-kadang,” ucap bapak yang rambut dan alisnya sudah mulai memutih ini.
Dijelaskan, kebanyakan becak yang saat ini masih beroperasi karena sudah ada yang berlangganan bulanan.”Kalau tidak punya langganan ya sulit dapat penumpang mas. Kalau langganan bulanan, dalam sebulan bisa dapat Rp 300 ribu,” urainya.
Sementara itu, Abang becak lainnya Solehudin (64) mengatakan, masyarakat saat ini sudah tidak memilih becak untuk menjadi kendaraan umumnya karena banyaknya kendaraan pribadi dan juga munculnya ojek online.
“Kalau dulu becak sangat dibutuhkan oleh masyarakat, sekarang sudah tidak lagi,” katanya.
Dikatakan, kondisi yang sangat menyedihkan bagi para penggayuh becak ini saat puncak Pandemi COVID-19, karena tidak bisa keluar mencari penumpang.
“Tapi meskipun keluar (beroperasi) tetapi gak ada juga yang mau naik becak, gak kayak dulu,” ucapnya.
Disinggung soal bantuan sosial pada saat awal dan puncak Pandemi, Pak Soleh, begitu akrab dipanggil, mengaku masih beruntung karena ia dan rekan-rekan seprofesinya mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah.”Kalau bantuan Alhamdulillah dapat,” tegasnya.
Ia berharap agar pada penyelenggaraan MTQ tingkat Jawa Timur yang digelar di Kabupaten Pamekasan mulai tanggal 2-11 November ini, membawa berkah bagi para Abang becak yang beroperasi di kota itu.(Arf/Ist)