Pamekasan, (Media Madura) – Satu tahun pandemi Covid-19 di Indonesia. Dan kita mengingat kembali bagaimana Universitas Airlangga di Surabaya adalah peniup peluit pertama yang mengingatkan semua orang tentang bahaya penyakit yang awalnya disebut virus Wuhan itu.
Saat tak banyak orang yang percaya Covid bakal datang dan sejumlah pejabat memilih untuk menjadikannya bahan canda, ilmuwan-ilmuwan di Unair memilih mencanangkan kewaspadaan. Ini bukan virus biasa, dan itulah kenapa kemudian Unair mengutus perwakilannya ke Jepang untuk mengambil sampel virus itu.
Dari sana, Unair bisa menyiapkan reagen untuk mendeteksi virus corona sekaligus memungkinkan penelitian lebih lanjut. Petinggi kampus ini juga mengeluarkan kebijakan untuk sejak awal menjadikan Rumah Sakit Universitas Airlangga sebagai lokasi pemeriksaan terhadap warga yang dicurigai terpapar Covid-19.
Tentu ini sebuah langkah berani di tengah belum siapnya sistem antisipasi dan penanggulangan pandemi oleh pemerintah. “Unair sejak awal telah menempatkan RS Universitas Airlangga sebagai RS rujukan penanganan pasien Covid-19, bahkan pasien yang datang sempat melampaui kapasitas,” kata Pemimpin Redaksi Beritajatim.com Dwi Eko Lokononto.
Dalam hal riset, para ilmuwan Unair menjadi salah satu lembaga pendidikan yang secara terbuka menyimpulkan Covid-19 terus bermutasi. Para ilmuwan kampus ini mengingatkan perlunya skenario cadangan yang tidak berfokus pada vaksin, tetapi mengembangkan penelitian ke arah pembuatan obat.
Tentu saja, seperti kata pepatah: siapa yang pertama kali menabrak tembok akan berdarah-darah. Namun dia yang pertama kali menabrak tembok adalah orang yang meyakinkan banyak orang, bahwa sebuah tembok bisa diruntuhkan. “Itulah kenapa, dalam perayaan Hari Ulang Tahun ke-15 beritajatim.com ini, kami ingin memberikan penghargaan kepada Unair sebagai peniup peluit pertama dan pihak yang pertama kali menabrak tembok untuk membangun kesadaran publik terhadap bahaya virus corona yang terbukti menjadi pandemi,” kata Lokononto.
Keberanian Unair dalam melangkah ini juga membangun kesadaran pada pemerintah daerah agar lebih serius menyiapkan rumah sakit rujukan. Ini bukan langkah mudah, karena Unair mendapat berbagai tekanan yang luar biasa besar dari eksternal dan internal.
“Patut dipuji, Unair terus berupaya memberi kontribusi terbaik lewat penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat yang sangat penting dalam meningkatkan daya tahan bagi masyarakat untuk tetap bisa bangkit di tengah pandemic Covid-19,” kata Lokononto.
Lokononto berharap penghargaan untuk Universitas Airlangga ini dapat memberikan penyemangat bagi dunia pendidikan untuk terus mengambil inisiatif dan mencari terobosan dalam mengatasi problem-problem nyata yang dihadapi masyarakat, bangsa, dan negara.
“Ini juga menjadi penyemangat bagi dunia pendidikan untuk mengembangkan penelitian dan pengembangan keilmuan, sekaligus penyemangat bagi perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas pengabdian masyarakat,” kata Lokononto.
Ini juga untuk mengingatkan semua pemangku kepentingan agar memberi dukungan pada upaya-upaya meningkatkan kemandirian dan kesigapan dalam menghadapi risiko mutase Covid-19 ataupun pandemi akibat penyakit lainnya. “Peran serta para pakar epidemiologi Unair yang terus mengawal kebijakan pemerintah sebagai langkah pencegahan yang berskala besar dalam masyarakat luas, seperti PPKM, kebijakan sekolah daring, dan sebagainya juga patut diapresiasi setinggi-tingginya,” kata Lokononto. (Ist/Arf)