Sumenep, 5/3 (Media Madura) – Rencana Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, Madura, Jawa Timur, untuk menerapkan program satu desa satu pangkalan elpiji sepertinya sulit terealisasi tahun ini.
Pasalnya, hingga memasuki bulan ketiga tahun 2017 ini, Pemkab Sumenep baru melakukan survei dan pemetaan guna mengetahui kebutuhan riil di msaing-masing desa.
“Untuk rencana satu desa satu pangakalan elpiji, kami sedang melakukan pemetaan dengan Pertamina,” terang Kabag Perekonomian Pemkab Sumenep, Mustangin beberapa waktu lalu.Â
Dia menjelaskan, selain untuk mengetahui kebutuhan riil setiap desa, pemetaan itu dilakukan untuk mengantisipasi adanya penyalahgunaan elpiji setiap desa.
“Karena setiap desa kebutuhan elpiji tidak sama, jadi apabila pengiriman sesuai dengan kebutuhan, berapa dalam sebulannya, bisa dipastikan akan tepat sasaran,” jelasnya.Â
Satu desa satu pangkalan merupakan gagasan baru Pemkab Sumenep untuk mendukung pemerintah menciptakan satu harga serta menekan terjadinya kelangkaan di daerah-daerah, terumata di Kepualauan.
Tahun-tahun sebelumnya, di Sumenep ada sekitar 69 pangkalan dan hanya terpusat di perkotaan saja, sehingga tak jarang dipelosok harga elipiji fluktuatif bahkan sampai ada yang melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET).Â
Mutangin menjelaskan, meskipun Sumenep termasuk daerah yang lambat penerapkan konversi minyak gas ke elpiji, namun kuota LPG setiap tahun terus peningkatan.
“Tahun 2015 realisasi kuota elpiji di Sumenep mencapai 4,4 juta tabung lebih, dan tahun 2016, mengalami peningkatan menjadi 6.02 juta lebih, sementara tahun 2017 kuota elpiji mengalami peningkatan sekitar 6,12 persen atau mengalami peningkatam sekitar 400 ribu tabung dari tahun 2016,” pungkasnya.Â
Reporter: Rosy
Editor: Zainol