Oleh : Zainurrazi
*) Penulis adalah Co-founder rekamindonesia.id dan alumnus MAK Pondok Pesantren Annuqayah, berasal dari Giligenting Sumenep.
Membaca berita tragedi tentang jalani ritual tolak Corona, dua nyawa di Sumenep melayang (4 April, Media Madura) membuat penulis sedikit mengernyitkan dahi. Semakin menegaskan bahwa ketakutan dan kakalutan terhadap suatu penyakit atau wabah menjadi faktor lain yang juga dapat berdampak buruk. Kepercayaan mandi di laut sebagai penangkal penyakit terhadap virus Corona yang berakhir pada maut merupakan bukti nyata akibat dari paparan berita hoax yang beredar di masyarakat.
Begitu pula, sebelumnya beredar kabar untuk makan telur sebanyak jumlah keluarga. Malam-malam saat orang sudah terlelap dibangunkan oleh tetangga yang memperoleh kabar, ditelepon untuk merebus telur dan harus dimakan sebelum waktu subuh. Banyak sekali orang mempercayai serta mengikuti anjuran berita berantai tersebut dari media sosial dan grup perpesanan singkat WhatsApp.
Fenomena berita viral di atas menjadi bagian dari contoh teror baru di tengah ancaman Corona Virus Disease atau Covid-19. Terlepas apa motif yang diinginkan oleh pembuat berita hoax tersebut, penting untuk kita waspadai bersama agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Masyarakat yang memiliki ponsel cerdas semestinya juga berperilaku cerdas. Setiap menerima informasi jangan mudah untuk langsung disebarkan ke grup perpesanan singkat seperti WhatsApp dan Telegram, Inbox di Facebook maupun tulis status di media sosial.
Jangan mudah tergiur untuk menjadi penyebar pertama di grup masing-masing hanya dengan tujuan untuk diakui eksistensinya. Sebab informasi yang kita terima belum tentu bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jangan sampai karena berita tersebut cocok dengan pikiran kita, lalu dengan mudahnya menyebarkan ke siapa saja, yang kemudian hari kita tidak tau apa dampak yang akan ditimbulkan oleh orang lain. Maka bijaklah menggunakan ponsel pintar.
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan terkait kasus berita viral yang tak tau dari mana asal-usulnya. Pertama, penting menyaring, mimilih dan memilah berita yang kita konsumsi. Setiap berita yang kita terima atau masuk di ponsel kita jangan langsung dicerna semua dan dijadikan rujukan apalagi disebarkan. Sebagai masyarakat terdidik kita harus dapat menggunakan ponsel pintar kita agar tidak ikut arus mata rantai penyebar berita bohong yang dapat menimbulkan rasa khawatir di masyarakat.
Karena jika berita bohong menjadi konsumsi masyarakat umum terus-menerus, maka semakin senang atau akan menjadi hobi banyak oknum untuk memproduksi berita-berita bohong berikutnya. Oleh karena itu, mari generasi muda ikut berkontribusi untuk melakukan counter atau minimal meredam informasi-informasi yang secara logika dan ilmu pengetahuan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan untuk tidak disebarluaskan. Saatnya kita menebar informasi-informasi positif, inspiratif dan edukatif.
Kedua, ikut sosialisasi pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika guna membantu memerangi hoax. Misalnya, cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan. Begitu pula dengan teks berita dan lainnya.
Pun bisa ikut masuk grup diskusi anti-hoax. Misal di Facebook terdapat sejumlah laman dan grup diskusi anti hoax, seperti Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci. Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.
Ketiga, sumber informasi atau media yang menyajikan harus jelas. Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi kurang lebih 300. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita-berita dari sumber yang belum dapat dipastikan kebenarannya.
Maka sangat penting, untuk kita mengidentifikasi media online apa saja yang bisa dipercaya baik media online nasional maupun media online lokal. Sebab media terpercaya memiliki peran penting dalam membantu gugus tugas untuk mengatasi Covid-19. Update informasi dan terus mengedukasi masyarakat sangat dibutuhkan agar kesadaran menjaga jarak, isolasi diri bagi yang mudik dari area zona merah dan mengikuti protokol kesehatan tentang Covid-19 semakin tinggi. Dengan lain kata, saat ini kita bukan hanya membaca berita, tapi memilah mana yang layak dijadikan referensi informasi dan pengetahuan. Berita yang diturunkan media yang benar bukan untuk memprovokasi, tapi menyajikan informasi yang akurat sesuai kaidah jurlistik.¬¬¬
Keempat, menyebarkan berita hoax merupakan dosa sosial atau dosa berantai. Kok bisa? Kalau 1000 orang yang menerima pesan berantai viral yang kita sebarkan dan separuhnya berdampak negatif akibat ancaman yang disebarkan lewat pesan hoax, maka kita ikut menanggung dosa dengan 500 orang yang terdampak berita bohong tersebut. Sangat disayangkan bila kita begitu mudah untuk menyebarkan berita yang kadang niatnya baik justru malah menambah dosa-dosa kita. Sementara amal kebaikan yang kita lakukan tak sebanyak dengan amal keburukan.
Dengan demikian, saatnya kita menahan diri untuk tidak mudah menyebarkan informasi-informasi yang bersifat simpang siur kebenarannya agar tidak mudah membuat orang lain takut dan khawatir. Karena salah satu dampaknya jika kita dalam keadaan khawatir, takut smembaca atau mendengar informasi negatif, perlahan imunitas tubuh juga ikut menurun dan lambat laun jika terus menerus bisa jatuh sakit. Kalau sudah punya penyakit bawaan, maka bukan tidak mungkin akan berdampak buruk bagi penyakitnya yang bukan dari kasus virus Corona, tapi akibat dari berita hoax.
Oleh karena itu, sepantasnya kita mulai sekarang bersama-sama meminimalisir berita-berita hoax yang semakin hari semakin mengkhawatirkan. Waspada dan berbuat baiklah lewat kelenturan jemari kita untuk selalu menebarkan nilai-nilai kebajikan lewat informasi-informasi yang bermanfaat dan positif.(*)