Sampang, (Media Madura) – Polres Sampang menegaskan akan terus mengembangkan penyidikan kasus sekolah ambruk di SDN Samaran 2, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang. Saat ini, dua orang turut diperiksa sebagai saksi baru.
Waka Polres Sampang Kompol Moh Lutfi mengatakan, pemeriksaan dua orang saksi untuk mencari bukti tambahan. Hal ini dilakukan hasil pengembangan tersangka Halili dan Dwi Cahya Febriyanto.
“Dua saksi baru itu pengembangan dari dua tersangka,” ujarnya, Sabtu (7/3/2020).
Untuk identitas kedua saksi tersebut polisi belum berani menyampaikan dan masih menunggu gelar perkara penyidik Polres Sampang.
“Tunggu nanti apakah mengarah pada kenaikan status dari saksi menjadi tersangka,” tutur Lutfi.
Awalnya, polisi memeriksa 10 orang saksi atas ambruknya atap SDN Samaran 2. Setelah kasus itu dinaikkan ke tahap penyidikan, polisi menetapkan dua tersangka Halili dan Dwi Cahya Febriyanto.
Halili merupakan konsultan perencana sekaligus pengawas. Kegiatan rehab ruang kelas itu dikerjakan selama 100 hari sejak 14 Agustus 2017 oleh CV Hikmah Jaya.
Sedangkan, Febri sebagai pelaksana kegiatan rehabilitasi ruang kelas SDN Samaran 2 dengan nilai kontrak Rp 149.900.000 bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) tahun anggaran 2017.
Mengenai konstruksi bangunan, dari laporan tim ahli bahwa konstruksi bangunan memang gagal dan terkesan asal-asalan.
“Memang dari keterangan tim ahli ada beberapa pekerjaan tidak sesuai RAB, jadi untuk nilai kerugiannya Rp 133 juta rupiah,” tutur Kapolres Sampang AKBP Didit Bambang Wibowo Saputro dalam press release, Selasa (25/2/2020) lalu.
Kedua tersangka dijerat Pasal 2 subsider Pasal 3 subsider Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang RI Nomor 30 Tahun 1999 sebagaimana dirubah dalam UU RI Nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. Ancaman minimal 6 tahun maksimal 20 tahun penjara.
Sekedar diketahui, dua ruang kelas IV dan V SDN Samaran 2 ambruk pada Jumat (17/1/2020) pukul 09.00 WIB.
Kejadian ini diduga karena konstruksi bangunan rapuh. Meski tidak ada korban jiwa, namun kegiatan belajar ratusan siswa dipindahkan sementara ke ruang kelas taman kanak-kanak (TK).
Reporter : Ryan
Editor : Zainol