Pamekasan, (Media Madura) – Pada umumnya pengunjung yang ingin masuk ke lokasi wisata harus membeli tiket, tetapi berbeda dengan pariwisata yang satu ini. Sebuah lokasi wisata di Desa Bunder, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, justru tiket masuknya dengan menggunakan garam.
Lokasi wisata ini lahir dari sebuah keresahan akibat pandemi COVID-19 dan dikelola di bawah naungan BUMDes dan baru dibuka pada bulan April 2021.
Mengusung konsep edukasi wisata garam. Pengunjung bisa belajar tentang garam, mulai dari proses produksi hingga panen. Tidak hanya itu, sejumlah wahana juga disediakan, mulai susur sungai dengan perahu, kelas edukasi garam dan juga spot-spot swafoto serta kuliner hasil produksi warga setempat.
Pengelola Eduwisata Garam ini, Taufik Hidayat menceritakan alasan penggunaan garam sebagai tiket masuk. Warga di desa tersebut rata-rata merupak petani garam dengan hasil garam yang melimpah dengan kualitas sangat bagus. Dan pihaknya juga mengembangkan dan memproduksi rekristalisasi garam.
“Maka kami menjadikan garam itu sebagai tiket masuk ke lokasi eduwisata ini. Di mana setiap pengunjung yang ingin menikmati wahana kami harus membeli garam seharga Rp 3 ribu. Pakai garam kristalis itu,” katanya kepada media ini. Sabtu (15/05/2021) pagi.
Taufik juga menguraikan, setiap pengunjung nantinya akan pulang dengan membawa garam yang telah dibelinya sebagai tiket masuk pariwisata buatan tersebut.
Menariknya, pendirian lokasi wisata ini bermula dari kompetisi inovasi desa tahun 2019 tingkat Jawa Timur tentang rekristalisasi garam. Dan inovasi desa ini mendapatkan juara satu.
Tetapi karena proses legalitas rekristalisasi garam masih panjang, mulai perizinan, SNI, BPOM dan ditambah hantaman pandemi COVID-19, maka muncullah ide pendirian eduwisata garam tersebut.
“Sebenarnya kami sudah memproduksi (rekristalisasi garam), tetapi sedang menunggu legalisasinya. Lalu muncullah ide pendirian lokasi wisata ini,” ujar Taufik.
Pendirian eduwisara garam dan tiket masuk dengan garam tersebut, kata dia, sebagai upaya agar para petani dan hasil garam di desanya terus meningkat serta membantu para petani garam yang tengah kesulitan akibat pandemi COVID-19.
“Jadi eduwisata garam ini juga merupakan upaya kami dalam membantu meningkatkan nilai ekonomis dari garam hasil produksi petani. Apalagi saat kita semua dalam masa yang sangat sulit akibat COVID-19,” uacpnya.
Di masa pandemi ini, pihaknya juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat bagi para pengunjung, termasuk memfasilitasi tempat cuci tangan, alat pengukur suhu tubuh dah hal lainnya.
Lebih lanjut Taufik menceritakan, sambutan masyarakat terhadap berdirinya lokasi wisata tersebut sangatlah positif, hal itu terbukti dari banyaknya pengunjung yang datang.
Tidak hanya itu, apresisasi juga disampaikan oleh Pemerintah Kabupaten Pamekasan. Bahkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno juga mengapresisai berdirinya lokasi eduwisata garam tersebut saat live zoom bersama Bupati Pamekasan Baddrut Tamam beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Bupati Pamekasan memang mempunyai program dalam rangka terus mendorong tumbuh dan berkembangnya pariwisata dan ekonomi kreatif di kabupaten yang dipimpinnya itu, salah satunya yakni desa tematik.
Dalam program desa tematik ini dimaksudkan agar masing-masing desa memiliki tema sesuai dengan potensi desa dan program unggulan yang dirancang oleh pemerintah desa. Mulai bidang pertanian, perikanan, batik, pariwisata dan berbagai tema lainnya.
Baddrut Tamam menjelaskan, program desa tematik ini merupakan antitesis dari program ‘One Village on Product (Ovop)“, yakni program yang dikembangkan oleh Prof Morihiko Hiramatsu yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Oita, Jepang pada tahun 1980.
Bupati yang akrab disapa Mas Tamam ini rupanya juga mengadopsi konsep ini dengan cara mengejawantahkan berupa program Desa Tematik tersebut.(Arif/Ist)
Terima kasih, ayo kita dukung kemajuan wisata Pamekasan