26.2 C
Madura
Rabu, April 23, 2025

Guru di Tengah Pandemi

Must read

- Advertisement -
Redaksi
Redaksihttps://mediamadura.com
Media online yang menyajikan informasi seputar Madura. Bernaung dibawah PT Media Madura Group.

Oleh : Vivien Novita

Pandemi memaksa guru untuk menggelar proses belajar mengajar dengan sistem daring, dan hal itu merupakan hal baru bagi guru yang sebelumnya terbiasa dengan belajar Tatap muka. Bahkan mungkin sebelum tak pernah terbayangkan akan mengajar dengan sistem daring yang harus memanfaatkan teknologi berupa internet dan handphone maupun laptop.

Bagi guru yang menguasai perangkat teknologi dan menggunakan media sosial mungkin hal itu bukan perkara sulit, tetapi bagi guru yang tidak terbiasa dengan hal itu semua tentu menjadi masalah.

“Kepepet” karena keterpaksaan kadang naluri alamiah manusia selalu punya cara untuk keluar dari situasi sulit itu, begitupun guru yang tentu secara pendidikan dasar sudah sangat tinggi. Dengan cepat guru mulai memahami dan bisa mengoperasikan perangkat pembelajaran yang ditentukan oleh sekolah.

Masalah tidak berhenti di situ. Selanjutnya guru dihadapkan pada situasi untuk tetap membuat siswa belajar dengan baik dan materi tersampikan sesuai dengan target. Tetapi masalahnya adalah keterbatasan dalam pembelajaran daring mulai muncul. Mulai siswa yang tidak punya HP hingga jaringan yang terkadang ngadat saat proses pembelajaran dan berbagai persoalan lainnya yang datang belakangan.

Memang dalam pembelajaran daring ini keterlibatan orang tua sangatlah dibutuhkan, meskipun memang tidak sedikit orang tua siswa yang tidak mahir menjadi pembimbing bagi anaknya, sehingga membuat pembelajaran daring ini tidak lebih baik, bahkan terkadang justru semakin mengurangi kualitasnya.

Fenomena itu belum seberapa, sebab sesungguhnya pembelajaran daring telah mereduksi fungsi guru. Guru memilki satu kesatuan peran dan fungsi yang tak terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih. Pembelajaran daring membuat peran dan fungsi tersebut menjadi tidak berjalan maksimal.

Berbicara tentang peran dan fungsi guru, dalam kajian Pullias dan Young (1998) sesungguhnya tidak hanya empat saja, setidak ada 19, yakni  pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (innovator), model dan keteladanan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa ceritera, aktor, emansipator, evaluator, pengawet dan kulminator. Seluruh fungsi tersebut tentu tidak dapat dijalankan dalam ruang pembelajaran daring yang sangat terbatas oleh ruang itu.

Sebagai guru, kita tentu tahu bahwa pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Sementara dalam pembelajaran ini interaksi antara guru dan murid ini sangat minim, dibatasi oleh media dan sarana daring yang digunakan, belum lagi berbicara jaringan, sehingga faktor internal maupun eksternal tak banyak berpengaruh. Guru pastilah kesulitan menyentuh aspek penting siswa baik afektif, kognitif maupun psikomotorik.

Tugas guru yang paling utama memang mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik, tetapi hal sangat jauh panggang dari api.

Maka wajar apabila selama pandemi ini tidak banyak pakar pendidikan yang berbicara dan mengulas tentang kualitas pembelajaran daring secara komprehensif. Kebanyakan hanya berbicara pada tataran permukaan saja. Karena memang kualitas pembelajaran bisa diukur dengan dua hal, yakni proses dan juga hasil. Pembelajaran dikategorikan berhasil apabila keterlibatan siswa mencapai 75%, baik keterlibatan fisik, mental maupun sosial di ruang kelas.

Meskipun begitu, guru harus tetap menjalankan tugasnya untuk terus mencerdaskan kehidupan bangsa. Tetap menjadi guru yang profesional, kreatif dan menyenangkan seperti yang oleh E. Mulyasa dalam bukunya. Sebab guru juga sadar seperti apa yang ditulis oleh William Arthur Ward Bahwa guru biasa hanya bisa menceritakan, guru yang baik mampu menjelaskan dan guru yang unggul mampu menunjukkan.  Begitulah idealnya, tetapi pendemi ini membuat itu hanya menjadi narasi langit saja yang susah dibumikan.

*) Penulis adalah guru SDN Samiran 2, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Latest article