Sampang, 1/8 (Media Madura) – Anggota DPD RI Ahmad Nawardi melakukan kunjungan ke gudang PT Garam (Persero) di Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, Selasa (1/8/2017) pukul 12.30 WIB. Hal itu dilakukan menyusul garam konsumsi saat ini mengalami kelangkaan.
Hasil sidak diketahui, gudang stok penyimpanan garam kosong melompong serta tanpa ada kegiatan apapun. Bahkan, di gudang tersebut sudah hampir 2 tahun terakhir tak produksi garam. Kekosongan tak hanya didapat dari gudang halaman 1 termasuk dari total 14 gudang dengan kapasitas 70.000 ton garam.
“Gudang PT Garam yang sangat besar ini ternyata kosong tanpa ada isinya karena beberapa tahun terakhir tidak produksi,” kata Nawardi kepada wartawan, Selasa (1/8/2017).
Nawardi menuturkan, menurunnya produksi garam secara drastis di wilayah Kabupaten Sampang disebabkan karena anomali cuaca yang tidak menentu terhadap musim panen. Sehingga berdampak pada kelangkaan garam di daerah lain di Indonesia.
Informasi dihimpun mediamadura.com, pada tahun 2016, produksi garam konsumsi PT Garam (Persero) Sampang mencapai 1.100 ton dari target 80.000 ton. Sedangkan pada tahun 2017 sejak bulan Mei sampai dengan bulan Juli hanya 150 ton, dari target 30.000 ton.
Selain itu, lanjut Nawardi, di tahun 2017 pemerintah pusat sudah memberikan penyertaan modal kepada PT Garam (Persero) sekitar 70 miliar. Dengan begitu, pemerintah memberikan bantuan yang lebih besar dan berkualitas terhadap petani garam agar berpengaruh terhadap produksi garam.
“Karena seperti yang terlihat di lapangan, ternyata kalau PT Garam geomembran yang digunakan dengan ketebalan 0,5 milimeter yang bisa bertahan selama 10 tahun, tapi milik petani lebih tipis hanya 0,2 milimeter itu hanya bisa bertahan setahunan,” jelasnya.
Tak hanya itu, Nawardi juga meminta pemerintah pusat untuk membatasi kuota impor garam dari negara lain seperti Australia dan India. Alasan itu karena diyakini pada pertengahan bulan Agustus hingga September 2017 ini garam mulai memasuki masa panen.
“Jadi kuota impor pertengahan Agustus ini harus dibatasi, apalagi cuaca saat ini sudah bagus, kalau tidak dibatasi dikhawatirkan harga garam di tingkat petani bisa rendah dan kasihan mereka,” tuturnya.
Menurut Nawardi, dengan adanya kelangkaan garam saat ini berdampak pada kenaikan harga, justru menguntungkan bagi para petani garam. Pasalnya, selama ini harga garam tidak pernah naik seperti saat ini.Â
“Petani garam malah ingin harganya bisa tetap sama seperti ini sampai nanti musim panen,” terangnya.
Nawardi menambahkan, nantinya pemerintah harus membuat kebijakan tentang harga eceran tertinggi dan harga eceran terendah. Karena selama ini petani menjual garam dengan harga di bawah harga eceran terendah serta belum adanya tindakan tegas dari pemerintah bagi perusahaan yang membeli garam rakyat di bawah harga eceran terendah.
Kepala Pegaraman PT Garam (Persero) Sampang Rofi IH, membenarkan kekosongan garam produksi yang berada di 14 gudang penyimpanan dengan kapasitas 5.000 ton garam per gudang. Biasanya, produksi garam di Sampang bisa mencapai 6.000 – 10.000 ton per tahun dengan lahan yang dimiliki 1.100 hektar. Sedangkan, penyerapan garam dari petani sebesar 3.300 ton di tahun 2016.
“Sementara saat ini masih kosong karena sudah dua tahunan tidak berproduksi, sehingga alat-alatnya juga tidak digunakan,” tandasnya.
Reporter: Ryan Hariyanto
Editor: Ahmadi