Sumenep, 30/6 (Media Madura) – Di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, momentum lebaran kerap berdampak ekonomis bagi masyarakat, tidak terkecuali menjelang Lebaran Ketujuh atau lebaran Ketupat.
Di antara yang berdampak bisnis dan menguntungkan masyarakat adalah kebutuhan orong (bungkus) ketupat, entah orong yang terbuat dari janur atau daun siwalan.
Berbeda dengan daerah lain, Hari Raya Ketupat di Madura memang dirayakan dengan sangat antusias oleh masyarakat, karena dianggap puncak dari lebaran Idul Fitri.
Sesuai namanya, yang paling khas dari lebaran ini tentu adalah ketupat, di mana setiap rumah akan menyiapkan ketupat sebagai makanan utama, biasanya disandingkan dengan opor ayam atau dibuat lontong kecap.
Maka dari itu, setiap menjelang lebaran Ketupat, orong ketupat menjadi hasil kerajinan yang paling diburu, karena kebanyakan orang lebih suka beli jadinya ketimbang membuatnya sendiri.
Berdasarkan bahan dasarnya, ada dua macam orong ketupat, yaitu orong dari janur (daun kelapa) dan orong yang terbuat dari daun siwalan.
Meski orong ketupat memiliki bentuk yang beragam, harganya relatif sama, karena tingkat kesulitan dalam menbuatnya tidak jauh beda.
Hingga H-2, harga orong ketupat daun siwalan di tingkat produsen di Desa Karduluk, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep berada di kisaran Rp 3500 sampai dengan Rp 5000 per 10 biji.
Harga tersebut terbilang menggiurkan karena membuat orong ketupat tidak perlu modal banyak. Membuatnya juga gampang dan sangat singkat, 10 biji hanya dikerjakan sekitar 10 menit.
Selain menguntungkan para produsen, orong ketupat juga nenciptakan lahan bisnis bagi para pengepul dan pedagang. Sesampainya ke pembeli, biasanya harga orong ketupat akan mengalami beberapa kali kenaikan harga.
Sehingga, dampak ekonomis dari bisnis orong ketupat cukup luas. Lebih dari itu, harga orong ketupat diprediksi masih akan terus mengalami kenaikan harga hingga hari lebaran ketupat tiba.
Reporter: Rosy
Editor: Zainol