Upaya pemerintah dalam menghidupkan ekonomi dan dunia usaha di Kabupaten Pamekasan, tidak hanya sebatas pelatihan dan bimbingan, akan tetapi juga memberikan bantuan alat sesuai dengan bidang keterampilan yang ditekuninya.
Warga Pamekasan yang mengikuti program WUB dalam dunia usaha menjahit, mendapatkan bantuan alat berupa mesin jahit, dan yang mengikuti pelatihan di bidang teknik seperti bengkel kendaraan bermotor, juga mendapatkan bantuan peralatan bengkel. Bantuan alat ini, bersumber dari dana tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR).
Selain menyediakan bantuan alat, Pemkab Pamekasan juga menyediakan pinjaman modal usaha dengan suku bunga sangat rendah, yakni hanya satu persen dari suku bunga normal enam persen. “Karena yang lima persen itu disubsidi oleh Pemkab Pamekasan. Jadi bunga satu persen ini, hanya membayar administrasinya saja,” kata Sekretaris Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) dan Tenaga Kerja Pemkab Pamekasan Supriyanto.
Sejumlah perusahaan yang telah berkolaborasi menyalurkan dana CSR-nya untuk program WUB Pemkab Pamekasan antara lain, Bank Jatim, BRI, PT Garam dan sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Namun, bantuan alat ini, tidak untuk perorangan, akan tetapi diberikan kepala kelompok.
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta dikelompokkan sesuai dengan jenis pelatihan, dan latarbelakang wilayah dimana para peserta itu berasal. Seperti peserta pelatihan menjahit dari Kecamatan Pamekasan, maka para peserta ini membentuk kelompok di wilayah itu, dan bantuan diberikan kepada kelompok tersebut.
Menurut Supriyanto, hal itu dilakukan, agar personel di kelompok usaha tersebut bisa bersinergi, berkolaborasi, dan saling menguatkan untuk mensukseskan usaha yang mereka jalani. Sebab, di era kini, kolaborasi atau kerja sama tim menjadi salah satu penentu suksesnya sebuah usaha dan program yang dijalankan.
Bupati Pamekasan Baddrut Tamam, kata Supriyanto, menginginkan, agar pola kolaborasi terbangun dengan kuat sebagai salah satu bentuk modal pokok nonbenda dalam berusaha. Kekompakan antarpersonel pelaku usaha menjadi faktor penunjang agar usaha bisa berjalan dengan baik, sesuai harapan.
Upaya menciptakan iklim terintegratif dan saling melengkapi sebagai modal dasar berusaha dalam sebuah tim seperti ini, tentu bukan hal yang mudah. Kesamaan visi, persepsi, dan cara pandang perlu padu, sehingga arah kebijakan pengambilan keputusan tim para pelaku usaha bisa seirama yang pada akhirnya mampu mengembangkan kemajuan usaha secara bersama-sama pula.
Prinsip bahwa masing-masing orang memiliki kapasitas dan kemampuan berpikir berbeda, sesuai dengan pengalaman dan latar belakang yang melingkupinya merupakan prinsip pokok yang perlu menjadi perhatian. Dan ini pula yang menjadi perhatian Pemkab Pamekasan dalam menjalankan program wirausaha baru (WUB) di Kabupaten Pamekasan. Sehingga, untuk mewujudkan dan membentuk pola pikir dan cara pandang yang serupa diperlukan tim khusus sebagai pengarah sekaligus fasilitator.
Sedikitnya 42 orang direktur sebagai fasilitator pada program WUB ini dengan tugas melakukan pendampingan, pemecataan calon peserta, serta mengarahkan peserta yang telah mengikuti pelatihan agar bisa menjalankan usahanya sesuai harapan. Antara lain memiliki izin usaha, sehingga usaha yang dijalankan bankcable.
Wajah Baru dari Desa
Nilai manfaat program WUB benar-benar dirasakan oleh masyarakat Pamekasan. Meskipun baru 1.600 orang yang mengikuti pelatihan program ini, namun, sebagian peserta pelatihan sudah merasakan manfaatnya.
Beberapa desa di Pamekasan sudah mulai menunjukkan wajah baru berkat program yang dicanangkan Pemkab Pamekasan. Katakanlah seperti di Desa Pasanggar, Kecamatan Pegantenan, lalu di Desa Klampar, Kecamatan Proppo dan di Desa Larangan Badung, Kecamatan Palengaan.
Di Desa Pasangar ini, awalnya penghasilan dominan ekonomi masyarakat hanya pada bidang pertanian saja, yakni tembakau dan durian. Namun, kini berkembang. Di desa ini juga ada warga yang mulai menekuni usaha produksi sepatu, setelah beberapa orang warga mengikuti pelatihan WUB Pemkab Pamekasan.
“Sepatu PSG Production, Menerima Pesanan Grosir atau Eceran”. Demikian pengumuman yang terpampang di salah satu rumah warga di desa ini. “PSG” maksudnya Pasaggar, sesuai dengan nama desa. Karena produksi sepatu yang diberi nama PSG Production yang dikelola oleh UD Rajjeh Makmur Sentosa ini memang satu-satunya di desa ini.
Namun berkat program WUB, kini penghasilan masyarakat tidak hanya bertumpu pada bidang pertanian saja, akan tetapi juga berupa keterampilan membuat sepatu. Berbagai jenis sepatu, mulai dari sepatu resmi, olahraga, hingga model terbaru yang trend digunakan kalangan generasi milenial sudah bisa diproduksi di PSG Production ini dengan harga yang cukup bersaing dengan sepatu yang dijual di pasaran, yakni antara Rp70 ribu hingga Rp150 ribu bergantung model dan kualitas bahan yang digunakan.
Sistem pemasaran tak hanya dilakukan secara manual dalam bentuk luar jaringan (offline) akan tetapi juga dalam jaringan/daring (online). Media sosial seperti facebook dan instagram, serta whatshapp dimanfaat dengan baik untuk pemasaran hasil produk sepatu warga Desa Pasanggar ini. (Bersambung ke halaman-3)