Pamekasan, (Media Madura) – Masih ingat cerita tentang Ahmad Mono, warga Kelurahan Parteker, Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan yang ditemukan terlantar di kuburan, di Medan Sumatera Utara.
40 tahuan lalu, saat masih remaja, Ahmad Mono yang masih berumuh sekitar 22 tahun pergi ke Medan untuk bekerja dan mencari peruntungan demi merubah nasib agar lebih baik.
Remaja ini berangkat bersama temannya dengan tujuan berdagang, berbekal kemampuannya membuat gantungan kunci.
Setelah 40 tahun lamanya, justru kondisinya sanga miris. Di tengah Pandemi dan sulitnya perekonomian seperti saat ini, pria yang kini diperkirakan sudah berumur 62 tahun ini harus tidur di Kuburan karena tidak punya biaya untuk menyewa rumah.
Dan keberadaannya ditemukan oleh relawan kemanusiaan di Medan. Kepada relawan yang menemukannya Pak Mono mengaku berasal dari Madura. Hingga akhirnya alamatnya diketahui asal Kabupaten Pamekasan berkat konunikasi antar relawan kemanusiaan.
Kini ia dipulangkan oleh relawan, berkat kerja sama antara relawan kemanusiaan dari Medan dan Pamekasan Pak Mono akhirnya bisa kembali bertemu dengan Ibunya dan saudara-saudaranya.
Kepulangan Pak Mono yang kini sudah berumur 62 tahun ini didampingi seorang relawan dari Medan. Terbang dari Medan ke Jakarta, dilanjutkan ke Surabaya dan dijemput oleh relawan Pamekasan.
Ada keharuan dibalik pertemuan Pak Mono dengan keluarganya ini. Pertemuan dilakukan di kantor Kelurahan Parteker di mana keluarga besar sudah berkumpul menyambut kedatangannya. Warga setempat, Camat Pamekasan serta Lurah Parteker juga ikut mengambut kedatangannya. Tangis haru pecah saat Pak Mono turun dari mobil relawan yang membawanya. Pelukan, air mata, kebahagian bercampur dalam momen tersebut.
Anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) Kabupaten Pamekasan Budi Cahyono mengatakan, wajar keharuan itu terjadi karena memang Pak Mono sudah sangat lama terpisah dengan keluarganya. “Ada Ibunya, saudaranya, keponakannya, dan keluarga besarnya semua berkumpul,” katanya. Sabtu (14/11/2020) siang.
Dikatakan Budi, Subaidah, Ibu dari Ahmad Mono selalu meyakini jika anaknya masih hidup, meskipun beberapa tahun lalu sudah digelar tahlilan dan setiap tahun digelar haul untuk mono yang dianggap telah meninggal.
“Ketika ada yang bilang Pak Mono ini meninggal, Ibunya selalu bilang, enggak anak saya masih hidup. Mungkin ini naluri seorang ibu dan Alhamdulillah sekarang masih hidup,” urainya.
Keharuan tidak hanya dirasakan oleh keluarga Pak Mono, bahkan seluruh warga yang menyaksikan momen tersebut juga meneteskan air mata, tak terkecuali para relawan, Camat Kota dan Lurah Parteker.
Reporter : Arif
Editor : Zainol