Oleh : M. Hanafi
*) Penulis adalah Kepala Lapas kelas II a Pamekasan.
Setiap pihak dalam kehidupan politik selalu menggunakan alasan demi “kebiakan bersama”alasan secara umum itu di kemukanan untuk mengadakan pembenaran atas tuntutan dan tindakannya, sedangkan setiap kelompok masyarakat selalu memiliki problem sebagai akibat perbedaan antara yang mempunyai pemikiran ideal dan yang aktual, begitu juga yang mempunyai pemikiran faktual antara yang seharusnya atau yang diharapkan untuk dilakukan dalam kenyataan.
Kita tidak boleh suuzan dalam mendignosa problem tentang perbedaan pendapat, perdebatan, persaingan bahkan pertentangan perebutan dalam upaya mendapatkan atau mempertahankan nilai-nilai yang disebut konflik (dinamika).
Sedangkan standar masyarakat memiliki variasi sebagai faktor yang menentukan tingkah laku seseorang. Penyimpangan nilai–nilai yang ideal dalam masyarakat, merupakan keadilan moral yang tersandar oleh hukum etika, itu semua bentuk tingkah laku yang dapat menimbulkan persoalan dalam masyarakat. Tentunya semua ini akan mempengaruhi keserasian dan ketertiban moral sosial di masyarakat itu sendiri. Maka, di sinilah fungsi standar sebagai instrumen kontrol sosial.
Selama ini konflik yang terjadi jangan selalu ditafsirkan dengan sesuatu yang bersifat negatif. Namun jika diteliti lebih dalam secara menyeluruh konflik ialah suatu hal yang wajar dan lumrah, jadi setiap orang pasti pernah mengalami konflik baik yang sederhana sampai yang tinggi, apalagi yang namanya konflik berbau politik
Maka kita harus selalu membekali pemahaman positif sehingga ketika mereka menghadapi konflik, ada pilihan positif yang bisa diambil dalam menyelesaikan konflik yang tentunya menghindari solusi destruktif.
Interaksi antara pemerintah dan masyarakat di antara lembaga-lembaga pemerintah dan diantara kelompok dan individu dalam masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan dan penegakan keputusan politik, pada dasarnya merupakan perilaku politik.
Pandangan politik sebagai kegiatan mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat, oleh karena itu ilmu politik dirumuskan sebagai ilmu mencari hakikat kedudukan, dan penggunaan kekuasaan di manapun kekuasaan ditemukan.
Dalam hal politik praktis, tentunya harus mengetahui tujuan, dengan begitu politik selalu mencari tujuan. Maksudnya, orang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin, namun karena ia memiliki sejumlah kualitas unggulan, maka dia mencapai pada kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat atau kata lain kepemimpinan politik/informal merupakan kemampuan seseorang pemimpin untuk mempengarui suatu kelompok. Karena, sejumlah kualitas unggulan bukan karena suatu kedudukan formal atau kekuasaan. sedangkan keseluruhan tata masyarakat, politik, ekonomi dan sosial budaya yang dianggap terbaik bagi masyarakat merupakan rezim terbaik.
Dilingkup Pesantren AT – TAUBAH, Belakang Pemda TERIMPIRASI. ( LAPAS )
“Saat orang berkata buruk tentang pemimpinannya, padahal mereka tidak pernah mengusik kehidupan mereka, itu tandanya kehidupannya lebih indah” Bagai Fajar yg menyinari Republik Hebat. Kehidupan adalah kerja, kerja dan cinta. Itu harus kita jalani dengan sederhana saja. Masyarakat republik hebat tidak ingin menjadi “macan” melainkan ingin menaklukkan macan. Karena masyarakat republik hebat tidak ingin ditakuti, melainkan harus jadi Republik Hebat yang disegani.
Seorang pemimpin harus mampu melihat segala sesuatu lebih jauh karena ada tanggung jawab yang besar sehingga apapun akan dilakukan untuk hasil yang lebih baik dan menjadi selektif, yaitu melakukan sedikit hal, adalah jalur menuju produktif. Fokuslah pada hal penting dan abaikan hal yang tidak penting, karena masyarakat republik hebat seharusnya dijadikan rakyat sebagai konsumen, dan konsumen itu adalah raja, maka saat seseorang tak menemukan celah untuk mencari kesalahan kita, cara yang digunakan adalah fitnah, fitnah dan fitnah. Astafirullah ” Jika ingin lebih maju,. maka masyarakat republik hebat juga harus bekerja sama, bukan hanya mengulurkan tangan kepada pihak yang didekatnya.
Untuk meraih kesuksesan, tidaklah cukup dengan melakukan yang terbaik. Terkadang kita harus melakukan apa yang diperlukan. Dibutuhkan kepemimpinan yang mampu memecah keheningan, menerobos dengan gebrakan, bukan yang monoton dan rutinitas sehingga begitu sangat membosankan. Memang baik jadi orang penting, tapi lebih penting lagi menjadi orang baik, dan yang terpenting lagi, jadilah orang penting yang baik.
Melihat dengan mata kita, mendengar dengan telinga kita, berbicara dengan suara kita. “Pemimpin rakyat lahir dari rakyat”.
“Pemimpin adalah ketegasan tanpa ragu”.
“Pemimpin itu harus bisa melihat hal kecil yang perlu diperbaiki”.
Budaya sekolah (Introspeksi) merupakan hal yang sangat penting. Seorang pemimpin yang baik harus mengerti mengenai ini dengan baik.
Banyak hal baik yang akan tercipta dari sebuah budaya sekolah (Introspeksi). Melalui ini, kerjasama, kepercayaan dan kebudayaan dapat terjalin dengan baik sehingga suatu kehidupan bermasyarakat dapat berjalan dengan lancar.
Pemimpin tidak memaksa orang lain untuk mengikutinya, dia mengundang orang untuk ikut dalam sebuah perjalanan
Kalau pedesaan bermoral agama, ekonomi membaik, maka secara otomatis perkotaan akan membaik juga. Masa kecil kita adalah pembelajaran pertama tentang bagaimana untuk memahami kehidupan sebagai rakyat kecil. Kehormatan hidup itu ada ketika nama kita melekat di hati orang-orang di sekitar kita, kerja kita bermanfaat untuk mereka dan masyarakat banyak.
Jangan takut untuk mendobrak kebiasaan lama dengan cara dan pemikiran yang keluar dari ketentuan demi kemajuan republik hebat
Perubahan tidak akan pernah ada tanpa kemauan, serta keberanian yang juga harus diiringi kebersamaan. Marilah, moral kebersamaan kita terapkan dalam kehidupan bermasyarakat, supaya terbangunlah semangat pengabdian dalam kepentingan Republik Hebat dari pada kepentingan pribadi dan golongan, maupun sentimen kekelompokan.
Karena bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi sering kali, ketakukan kitalah yang membuat jadi sulit. Jadi, janganlah mudah menyerah. Ibadah yang berkualitas itu tampak dari perilakunya, rendah hati dan tidak emosional.
Pemimpin yang besar, tidak akan merubah simpul ritme masyarakat yang butuh pengayoman, perhatian dan prioritas demi menggapai masa depan nya untuk sejahtera. Begitu pula rakyat yang bersalah, bukanlah dihukum secara berkelanjutan dan dikebiri hak – haknya, karena mereka masih punya kemauan, masih ada kesempatan untuk berbuat lebih baik.
“Kalau kita ingin maju”, ya harus berubah. Kalau mau berubah tapi diam saja, ya namanya mengkhayal…!!.(*)