Sumenep, (Media Madura) – Pengangkatan Komisaris Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bhakti Sumekar oleh Bupati Sumenep, A. Busyro Karim baru-baru ini mendapat reaksi keras dari berbagai kalangan.
Pasalnya, Busyro sebagai pemegang saham pengendali telah mengangkat istrinya sendiri, Nurfitriana sebagai salah satu anggota komisaris di Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) tersebut.
Menyikapi hal tersebut, sejumlah mahasiswa yang tergabung Forum Komunikasi Mahasiswa Sumenep (FKMS) menggelar turun jalan dan demontrasi di depan Kantor Pemkab setempat, Senin (29/1/2018).
Dengan bertelanjang dada mahasiswa rela berhujan-hujanan menyuarakan aspirasinya. Mereka menyampaikan ketidaksetujuannya dengan pengangkatan istri bupati sendiri sebagai pengawas perusahaan.
“Pengangkatan istri bupati sarat nepotisme. Budaya seperti ini dihawatirkan menimbulkan budaya nepotisme dilingkungan Pemerintahan Sumenep,” kata korlap aksi, Abd Mahmud.
Disamping itu, ditengarai Nurfitriana dinilai tidak kompeten dalam hal Perbankkan. Sebab, ia bukan jurusan Perbankkan.
“Berdasarkan informasi yang kami dapat, beliau ini lulusan D3 Pariwisata, bukan Perbankkan” sambungnya.
Padahal, dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 22 Tahun 2006 Pasal 25 ayat 3 dijelaskan, bahwa anggota dewan komisaris wajib dapat persetujuan dari Bank Indonesia (BI).
Kemudian disebutkan dalam pasal 26 disebutkan, bahwa dewan komisaris harus memiliki pengetahuan dan pengalaman dibidang perbankkan.
“Jadi bukan pengetahun dalam bidang wisata, ini kan gak nyambung,” teriaknya.
Mereka pun menyampaikan keputusan Bupati yang telah mengangkat istrinya sendiri itu. Sebab, tindakan Busyro Karim dinilai bentuk keseewenang-wenangan.Â
“Meski pun bupati berdalih sudah melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB). Keputusan itu telah melukai hati masyarakat,” tukasnya.
Sayangnya, niat mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi tidak mendapatkan respon positif dari pihak Pemkab. Terbukti, tak ada seorangpun yang menemui mereka, sehingga mahasiswa hanya sebatas berorasi setelah itu bubar.
Reporter: Rosy
Editor: Zainol