Sumenep, 3/6 (Media Madura) – Objek wisata Pantai Lombang ternyata masih memiliki daya tarik yang luar biasa bagi wisatawan. Terbukti, pada hari lebaran ketupat kali ini, puluhan ribu pengunjung tumplek di pantai yang dikelilingi cemara udang ini.
Antusiasme wisatawan tidak lepas dari kreatifitas pengelola yang tidak hanya mengandalkan keindahan pantai, melainkan menambah hiburan lain seperti pelepasan ribuan burung Merpati dan penampilan orkes dangdut.
Sebagai timbal balik, pengelola rutin menaikkan tarif retribusi berlipat-lipat dari hari biasa, sehingga momentum lebaran ketupat menjadi salah satu masa liburan yang paling banyak menyumbang ke PAD.
Namun, tidak melulu Pantai Lombang menyisakan cerita positif, terlebih jumlah wisatawan yang begitu membludak, bahkan lokasi pantai nyaris sulit menampung semua pengunjung yang datang.
Di antara cerita lain itu adalah menjamurnya oknum-oknum penyedia jasa “jalur tikus” yang setiap tahun kerap menjadi kabar negatif dari pengelolaan pantai yang berlokasi di Kecamatan Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur ini.
Kemudian, seperti menjadi kisah klasik, akibat dari adanya jalan tikus yang diikuti dugaan pungutan liar (pungli), retribusi Pantai Lombang diduga bocor dalam jumlah yang cukup besar.
Bahkan, mediamadura.com berhasil mendapatkan pengakuan miris dari wisatawan yang terlanjur datang ke Pantai Lombang, tapi terpaksa melalui jalur tikus lantaran kesulitan masuk dari pintu utama.
“Saya kaget, pertama diminta Rp 15 ribu, jalan sedikit diminta lagi Rp 15 ribu. Eh..ternyata hampir nyampek pantai ada petugas (oknum.red) yang minta lagi Rp 15 ribu,” ungkap Zainur Rahman, wisatawan asal Pamekasan saat menceritakan pengalamannya melalui jalur tikus.
Dia yang datang bersama temannya-temannya dengan menggunakan motor, terpaksa membayar biaya sebesar itu karena dari informasi yang dia dapat, masuk melalui pintu utama tarifnya bisa mencapai Rp 75 ribu.
“Kebetulan saya dan teman-teman tiba hampir zuhur, teman saya bilang, melewati pintu depan dia harus bayar Rp 75 ribu, itu termasuk tarif masuk dan parkir sepedanya, makanya saya tetap memaksa lewat jalan pintas,” curhatnya.
Remaja 22 tahun ini menduga, apa yang dirinya dan teman-temannya alami merupakan pungutan liar. Sebab, dirinya tidak menerima sobekan karcis sebagaimana masuk ke tempat-wisata.
“Banyak (pengunjung) mas yang melewati jalur itu, tidak hanya saya dan teman-teman. Awalnya saya keberatan untuk memaksa masuk, tapi karena saya dari jauh dan sudah terlanjut tiba di Sumenep, akhirnya saya masuk,” tandasnya dengan nada kecewa.
Sementara itu, A. Rifqi (29), pengunjung lain asal Kecamatan Pragaan yang masuk lokasi pantai lebih awal, mengaku tidak menemui kesulitan berarti. Bahkan, dia bersama keluarga masih sempat menikmati hiburan Jeren Kencak (kuda bergoyang) dan pelepasan Burung Merpati yang sengaja dipersembahkan pengelola untuk wisatawan.
“Sempat ngantre sih dipintu masuk, tapi itu kan biasa, namanya juga lagi momen lebaran, banyak sekali wisatawan yang datang. Untuk tarif yang saya bayar, hanya Rp 15 ribu saja,” akunya singkat.
Reporter: Rosy
Editor: Zainol