Oleh: Muzayyinatul Hamidia
Madura biasa dikenal dengan sebutan pulau garam karena termasuk daerah dengan komuditas garam terbesar di Indonesia, selain itu Madura memiliki kebudayaan lokal yang kaya akan potensi pariwisata, musik tradisional (ul-daul), serta nilai-nilai religious yang selalu kental dengan kehidupan masyarakat sehari-hari.
Dewasa ini Madura terus semakin berkembang terlebih pasca selesainya jembatan suramadu yang menghubungkan Madura dengan Surabaya, hanya dengan kurang lebih sepuluh menit. Perkembangan Madura ditandai oleh bertambahnya perusahaan yang dibangun di Madura salah satunya perusahaan aspal yang terletak di Pamekasaan bagian utara.
Beberapa waktu yang lalu kita mungkin sedikit dihebohkan oleh deklarasi pemekaran wilayah Madura untuk menjadi provinsi namun kenyataannya belum juga terealisasi karena banyak persyaratan yang kurang memadai. Dalam hemat penulis, dari pada sibuk memikirkan pemekaran wilayah yang belum pasti adanya, lebih baik para pemangku kebijakan di Madura mengembangkan potensi yang ada, misal, potensi pariwisata.
Salah satu pariwisata yang alami di Madura dan berpotensi besar untuk dikunjungi wisatawan lokal ataupun asing adalah pantai ‘Gili Labak’. Sebuah pantai yang letaknya di sebuah pulau kecil, bagian dari ujung timur Madura, kabupaten Sumenep.
Gili labak merupakan salah satu destinasi wisata di Madura, yang keindahan pantainya disejajarkan dengan pulau Lombok. Keindahannya tidak hanya berupa lautan pasir putih yang ada di bibir pantai. Akan tetapi panorama alam bawah lautnya juga menjadi daya tarik tersendiri. Selain dari airnya yang jernih serta keramahan penduduk tetap menjadi faktor pendukung kenyamanan berpariwisata ke pulau Gili Labak.
Melihat potensi pulau gili labak yang besar, seharusnya pemerintah setempat memberikan perhatian lebih seperti lebih serius mengawasi dan membangunnya, karena jika pengunjung semakin banyak, tentu pendapatan pemerintah Madura juga akan semakin tinggi, selain itu Madura akan semakin terkenal akan kekayaan alamnya ke luar daerah, karena tidak dapat dipungkiri selama ini yang terkenal di Madura adalah budaya carok dan kerapan sape.
Sebenarnya untuk sektor Pariwisata di Madura tidak hanya terbatas pada pulau gili labak, ada juga Gua yang baru ditemukan oleh warga sekitar yang terletak di kabupaten Pamekasan, kecamatan Waru. Gua tersebut menyerupai Gua Maharani yang begitu indah, jadi sangat disayangkan jika pemerintah setempat tidak mengambil inisiatif untuk membangunnya agar menjadi destinasi pariwisata.
Selain sektor pariwisata, Madura juga memiliki kekayaan lokal berupa batik, dalam pengamatan penulis, kualitas batik Madura bisa dikatakan lebih unggul dan memiliki ciri khas tersendiri dibanding batik buatan daerah lain, di luar Madura. Hal ini ditandai dari banyaknya orang daerah luar Madura yang banyak memesan batik Madura pada Mahasiswa atau orang Madura yang merantau ke daerah lain. Sehingga, sudah saatnya pemerintah memberikan perhatian lebih kepada pembatik Madura, untuk membantu memasarkan atau bahkan memberikan mereka modal.
Madura juga dikenal dengan kualitas garam yang baik, namun kualitas garam Madura tidaklah menjamin kesejahteraan para petani garam khususnya mereka yang mengolahnya secara tradisional, bahkan penulis sempat membaca sebuah sumber yang menyebutkan bahwa harga garam perkilogramnya kisaran Rp 350-550. Menyadari kondisi tersebut, seharusnya pemerintah memberi perhatian lebih untuk membantu petani garam dalam menjalankan aktivitasnya.
Dengan kata lain, para petani garam di Madura saat ini mengalami masalah dalam mengembangkan lahan dan memaksimalkan potensi serta peningkatan kualitas garam dikarenakan keterbatasan modal. Pemerintah harus bisa meyakinkan dan menggandeng para investor, khususnya investor lokal, mendirikan sebuah industri/pabrik garam berkelas besar untuk menyaingi garam-garam impor (Sitorus, 2016).
Jika pemerintah Madura benar-benar serius ingin membangun Madura berkualitas, maka pertama yang harus menjadi fokus adalah kesejahteraan rakyatnya, karena kesejahteraan rakyat menjadi tolak ukur keberhasilan pemerintah.
Selain kesejahteraan petani garam, yang juga harus segera diprioritaskan oleh para pemangku kebijakan di Madura adalah para petani tembakau yang sebentar lagi akan memasuki masa panen. Tembakau Madura adalah salah satu tembakau terbaik di Indonesia, dari itu sangat disayangkan jika nilai jual tembakau pada tahun ini tidak lebih baik dari tahun sebelumnya. Apalagi saat ini para petani tembakau Madura sudah paham bahwa peran pemerintah bisa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai jual tembakau.
Madura dikarunia potensi alam dan kebudayaan lokal oleh Allah SWT, sekarang tinggal bagaimana pemerintah dan masyarakat setempat untuk saling berkompromi dan bersinergi untuk membangun Madura berkualitas. Semoga!
*Penulis adalah Mahasiswi S2 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Islam Malang, asal Madura