Sumenep, (Media Madura) – Sistem penarikan retribusi secara manual di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur mendapat sorotan tajam Ketua Komisi II DPRD Sumenep, Nurus Salam.
“Retribusi pasar tradisional perlu dikelola dengan sistem modern dan transparan, karena penarikan manual berpotensi mudah bocor,” katanya curiga.
Selama ini, kata Oyok, kabar kebocoran kerap dirinya dengar, salah satunya disebabkan sistem penarikan retribusi yang masih menggunakan pola konvensional.
“Ya, selama pengelolaan manual, pasti ada kemungkinan terjadi penyimpangan,” tegasnya lagi.
Maka dari itu, politisi Partai Gerindra itu pihak terkait kedepan untuk terus melakukan formulasi baru, diantaranya dengan sistem revitalisasi pasar. Sehingga pengelolaan pasar tradisional tidak kalah saing dengan pengelolaan pasar semi dan modern.
Dia berharap keamanan pengunjung terjaga, pelanggan atau pembeli datang tidak ada yang kecopetan, pedaganganya tertib, nyaman, pembeli bisa tawar-menawar dengan pedagang sesuai ciri khas pasar tradisional pada umumnya.
“Yang paling penting penarikan retribusi akan diupayakan menggunakan sistem retribusi elektronik (e-Retribusi),” ungkapnya.
Jika diberlakukan, ujar Oyok, setiap pedagang akan diberi kartu dari Bank. Dalam kartu itu telah berisi uang yang disetorkan pedagang ke rekening bank yang dimilikinya setiap bulan.
“Saya membayangkan pedagang setiap hari tinggal menggesekkan kartu tersebut di mesin bank yang disiapkan di lokasi pasar tradisional saat berjualan.
Dengan begitu, pengelolaan retribusi akan maksimal, karena lebih transparan. Maka dari itu pemasukan ke PAD setiap tahun lebih maksimal lagi,” tandasnya.
Reporter: Rosy
Editor: Ahmadi