Media Madura – Muhammad Tamyis (47) merupakan Kepala Desa Samatan, Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Sudah 3 periode ia menjabat sebagai Kades. Sejak 2 tahun ini mulai tahun 2019 ia mengembangkan sistem peternakan dan pertanian yang keduanya kini berjalan dengan sukses.
Saat diwawancarai, pria dengan tubuh gempal, mengenakan baju batik Pamekasan dan odheng (topi khas Madura) ini menjelaskan alasannya memilih beternak sapi dikombinasikan dengan pertanian. Hal itu berangkat dari keresahannya melihat masyarakat desa Samatan yang kesejahteraannya tidak meningkat dari profesinya sebagai petani dan ternak sapi.
“Saya berangkat dari analisa dan berpikir tentang kondisi masyarakat agar kesejahteraannya terus meningkat. Kita tahu bahwa rata-rata peternak kita sistemnya dengan pola tabungan (memelihara sapi ketika butuh dijual), bukan pola bisnis,” kata pria dua anak ini.
Suami Juhairiyah ini juga menguraikan kesulitannya dalam merubah pola pikir masyarakat desanya dari pola tabungan ke pola bisnis, sehingga ide sistem pertanian yang dikombinasikan dengan peternakan ini bisa diterima dan meningkatkan kesejahteraan petani dan peternak di desanya, setidaknya ada 65 orang yang sudah bergabung.
“Alhamdulillah, saat ini masyarakat sudah banyak yang bergabung dan menerapkan sistem yang saya kembangkan ini,” kata pria yang menyandang gelar sarjana hukum Islam ini.
Tamyis juga menceritakan, sistem peternakan yang dikembangkannya itu yakni dengan cara penggemukan sapi dalam kurun waktu 6 bulan. Setelah itu sapi sudah bisa dijual dan petani bisa mendapatkan untung yang cukup.
“Jadi dalam kurun waktu 6 bulan itu kita lakukan penggemukan dengan cara kita, dan setelah 6 bulan siap dipasarkan. Hasilnya saat ini sudah bisa dinikmati oleh peternak. Jadi market kalendernya jelas, dan kita bisa menyesuaikan dengan kebutuhan pasar, missal lebaran kurban,” urainya.
Dia juga memaparkan bagaimana pola kombinasi peternakan dan pertanian, yakni limbah pertnian di daur ulang untuk kebutuhan ternak dan limbah ternak juga dimanfaatkan untuk kebutuhan pertanian dengan cara difermentasi.
“Jadi limbah pertanian seperti jerami dan berbagai limbah pertanian lainnya kita fermentasi dan kita jadikan pakan ternak. Sementara kotoran ternak kita jadikan pupuk pertanian,” jelasnya.
Lebih lanjut Tamyis menceritakan, dalam sistem pertanian dan peternakan yang dikembangkannya itu pihaknya juga bekerja sama dengan ahli peternakan dan juga pertanian agar program penggemukannya berjaln dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan.
Bahkan, kata dia, dalam pemasaran sapi ternak dan daging sapinya, saat ini pihaknya sudah bekerja sama dengan pihak ketiga yakni Rumah Waqaf Hidayatullah di Suarabaya. Hal itu dilakukan demi terus meningkatkan pemasaran dan pendapatan peternak di bawah binaannya.
Kedepan, pihaknya bahkan sudah berencana untuk membuka gerai daging asli Madura agar para peternak bisa memasarkan dagingnya dengan kulitas yang baik dengan harga yang layak.
“Ibu-ibu yang mau belanja daging bisa di gerai daging kami. Tentu dengan kualitas terbaik. Selama ini kan ibu-ibu belanja daging di pasar trdisional, padahal kita tidak pernah tahu daging itu dari mana dan seperti apa kualitas sapinya. Dengan adanya gerai ini maka kualitas dagingnya pasti terjamin. Insyallah tahun ini bisa terwujud,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Ajib Abdullah, melalui Kabid Produksi pertanian Achmad Suaidi mengapresiasi program integrasi pertanian dan peternakan yang telah dilakukan oleh Kades Samatan Muhammad Tamyis tersebut.
“Kami tentu sangat mengapresiasi program tersebut, di mana integrated farmer ini merupakan terobosan yang sangat baik dalam pertanian dan peternakan,” katanya kepada mediamadura.com melalui sambungan telepon. Senin (29/08/2022) pagi.
Dikatakan Suadi, jika program integrasi pertanian itu diterapkan oleh petani dan peternak di Kabupaten Pamekasan, maka kebutuhan akan pupuk organik bisa terpenuhi.
Sebab, kata dia, dengan integrasi pertanian, maka tidak akan ada limbah pertanian dan peternakan lagi, sebab limbah pertanian bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak, sementara limbah ternak bisa menjadi pupuk pertanian.
Apalagi saat ini, sambung Suaidi, pemerintah melalui Kementerian Pertanian sudah menghapus beberapa subsidi pupuk dan mendorong daerah agar melakukan terobosan dalam memenuhi kebutuhan pupuk khususnya pupuk organik.
“Kita kedepan akan terus mendorong agar program ini diadopsi oleh petani dan peternak lainnya. Ini sangat baik,” tegasnya.
Bahkan, DKPP Pamekasan siap untuk melakukan sosialisasi dan pelatihan bagi kelompok tani dan ternak yang ingin menerapkan sistem integrasi pertanian dan peternakan tersebut. “Silahkan mengusulkan kepada kami dan akan kami fasilitasi,” ucapnya.
Reporter : Arif