Oleh : Esa Arif AS
Dalam beberapa minggu terakhir ketegangan antara Amerika Serikat dan Korea Utara terus meningkat. Eskalasi ketegangan tersebut menimbulkan kehawatiran dari berbagai negara dari belahan dunia, sebab keduanya merupakan negara dengan kekuatan senjata nuklir yang sangat menakutkan.
Kehawatiran ini tentu sangat mendasar mengingat rapor pemimpin kedua negara ini penuh catatan khusus dan dunia mengetahui keduanya tidak lumrah, sehingga gesekan kecil berpotensi mengangkat senjata, bukan untuk upacara dan baris-berbaris tetapi berperang di medan laga.
Sedianya jauh sebelum Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat, seorang peramal kawakan asal negara adikuasa ini Clairvoyant Horacio Villegas telah meramalkan, jika Trump akan menjadi presiden Amerika dan juga akan menjadi pemicu perang dunia III, entah ramalan ini benar atau tidak, yang pasti Trump telah menjadi Presiden Amerika, tinggal menunggu apakah dia akan menjadi pemicu perang maha dahsyat yang berpotensi menghancurkan peradaban dunia modern ini dan kembali ke jaman batu.
Jika perang dunia ke III terjadi, maka ramalan Albert Einstein juga menjadi benar, bahwa manusia modern akan kembali ke jaman batu, Stave Jobs juga mengatakan hal yang sama tentang itu, bahwa setelah kematiannya maka dunia akan kembali ke jaman batu.
Mengapa perang antara korea utara dan Amerika harus dicegah?, mengapa perang ini begitu menakutkan?, apa yang akan terjadi bila perang sampai terjadi?. Barangkali inilah tesis yang telah lama menjadi antitesis peperangan dunia di masa depan.
Kita pahami persama bahwa Amerika adalah negara dengan kekuatan meliter terbesar di dunia, dengan persenjataan modern yang sangat canggih. Negara super power ini mempunyai sekutu yang juga sangat kuat secara persenjataan, tidak hanya satu negara tetapi hampir semua negara-negara di Eropa, Australia dan sejumlah negara Asia adalah sekutu dekatnya. Jika peperangan terjadi maka negara sekutunya juga akan bertempur bersama. Keterlibatan sekutu sebuah negara dalam sejarah perang dunia, baik perang dunia I, perang dunia II telah menjadi contoh nyata bagaimana kebersamaan sekutu dalam peperangan begitu kuat.
Kondisi ini akan sangat menakutkan, mengingat Korea Utara merupakan negara yang tidak bisa dianggap remeh, kekuatan persenjataan negara komunis ini juga sangat canggih dan menakutkan. Sekalipun tidak mempunyai sekutu dekat, tetapi negara-negara dengan ideologi yang sama dan negara-negara yang anti barat, bukan tidak mungkin juga terlibat. Apalagi baru-baru ini Amerika memicu kemarahan Rusia akibat intervensinya di Suriah.
Akan sangat menakutkan menggambarkan apa yang akan terjadi jika senjata nuklir dilawan senjata nuklir, yang pasti peradaban dunia modern akan musnah jika berkaca pada dampak ledakan nuklir di Chernobyl pada 26 April 1986 serta ledakan di Hiroshima dan Nagasaki pada 6 Agustus 1945.
Jarak antara Korea Utara dan Amerika memang cukup jauh, seperti yang dimuat oleh berbagai media, bahwa jarak korea utara ke kota-kota di Amerika dimana jarak ke Alaska sejauh 5954 Km ( 3700 Mil ), Los Angeles 9551 Km ( 5935 Mil ), Chicago 10420 Km ( 6475 ), New York 10916 Km ( 6783 Mil ) dan Washington 11035 Km ( 6857 Mil ), tetapi kota-kota tersebut bisa dijangkau oleh rudal balistik Korut.
Persenjataan Amerika dan sekutunya juga tidak perlu ditanya, jangkauannya juga sangat jauh, apalagi Amerika mempunyai pangkalan meliter di berbagai negara di Asia khususnya di negara-negara yang bertetangga dengan Korut.
Saat ini rasanya tidak akan ada yang mampu melerai keduanya, dan diplomasi yang selalu didengungkan hanyalah pemanis bahasa, sebab pemimpin kedua negara yang terus bersiap untuk perang besar ini maqomnya berbeda.
Nasib dunia saat ini dalam kondisi yang menghawatirkan, semoga kondisi ini bisa dipahami oleh seluruh pemimpin dunia dan segera mengambil tindakan, atau diam saja pasrah pada keadaan.
* Penulis adalah pengamat sosial, aktif di Yayasan Madura Institute